KRITIK KUMPULAN CERPEN
Karya M. Shoim Anwar
Esai kali ini berisi kritik tentang kumpulan cerpen karya M. Shoim
Anwar. Kumpulan cerpen tersebut terdiri atas lima cerpen yaitu cerpen Sorot
Mata Syaila, Tahi Lalat, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan
Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana Anakku. Seluruh karya cerpen
tersebut ditulis oleh M. Shoim Anwar di kota Surabaya dalam tahun yang berbeda.
Cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana
Anakku ditulis pada tahun 2015. Kemudian, cerpen Tahi Lalat dan Sepatu
Jinjit Aryanti ditulis pada tahun 2017, sedangkan cerpen Sorot Mata Syaila
ditulis paa tahun 2018.
Dari segi bentuknya, kelima cerpen tersebut sama-sama menggunakan
alur campuran. Penulis menggambarkan kisah dengan diawali permasalahan atau
konflik dalam cerita yang kemudian konflik tersebut semakin meningkat. Lalu
cerita berlanjut pada tahap pengenalan atau orientasi dan diakhiri dengan
penyelesaian. Namun, dari kelima cerpen tersebut, ada pula cerpen yang dalam
penyampaian penyelesaian cerita terkesan mengambang seperti ada kisah yang
belum lanjut, sehingga membuat pembaca cerpen tersebut menjadi penasaran akan
kelanjutan cerita. Cerpen yang dimaksud adalah cerpen yang berjudul Sepatu
Jinjit Aryanti dan Sorot Mata Syaila.
Pada cerpen yang berjudul Sepatu Jinjit Aryanti, pembaca
seakan dibuat penasaran karena pada bagian akhir cerita, penulis memberikan
pertanyaan tentang kelanjutan hubungan tokoh aku dan Aryanti bersama bukti
kejahatan yang tersembunyi. Kemudian, pada cerpen yang berjudul Sorot Mata
Syaila dibagian akhir cerita, rasa penasaran muncul akibat diceritakannya
Syaila tiba-tiba menghilang dan tokoh aku kemudian mengingat nasib kedua
istrinya dan keempat anaknya di Tanah Air. Rasa penasaran yang ditimbulkan
setelah membaca kedua cerpen ini, ditampilkan oleh penulis agar pembaca semakin
tertarik, lalu mulai mengikuti dan membaca semua karya dari penulis itu
sendiri.
Dalam penyampaian sudut pandang, penulis menggunakan sudut pandang
orang pertama serba tahu pada kelima judul cerpen tersebut. Tokoh aku disini
sangat berperan penting dalam kelima cerpen tersebut. Namun, pada cerpen Tahi
Lalat, tokoh aku hanya berperan sebagai tokoh yang bercerita dan tidak ikut
mengalami kejadian yang ada di dalam cerita, bukan tokoh aku yang menjadi
pemeran utama seperti pada cerpen Sorot Mata Syaila, Sepatu Jinjit Aryanti,
Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana, Anakku.
Pemeran utama yang sebenarnya diceritakan pada cerpen Tahi Lalat adalah
Pak Lurah.
Kelima cerpen terdapat tokoh
aku yang disandingkan dengan tokoh lainnya. Pada cerpen yang berjudul Sorot
Mata Syaila terdapat dua tokoh yaitu tokoh aku dan Syaila. Cerpen yang
berjudul Tahi Lalat tokohnya yaitu tokoh aku (Ayah Laela), Pak Lurah,
Pak Bayan, Laela, Bakrul, dan Istri dari tokoh aku. Kemudian, pada cerpen Sepatu
Jinjit Aryanti ada dua tokoh yaitu tokoh aku dan Aryanti. Selanjutnya, pada
cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue terdapat tokoh saya
(aku), Bambi, Miske, dan Devira. Pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku
terdiri dari tokoh aku (Ayah Dewi), Dewi, dan Trihayu (Istri tokoh aku).
Topik yang dibicarakan pada kelima cerpen tersebut juga sama yaitu
membahas tentang politik. Namun, juga diselingi oleh kisah cinta didalamnya.
Pada cerpen yang berjudul Sorot Mata Syaila terjadi kisah cinta antara
tokoh aku dan Syaila yang pada akhirnya berakhir dengan tidak jelas, karena
Syaila tiba-tiba menghilang dan tokoh aku mengingat kedua istrinya dan keempat
anaknya. Pada cerpen Tahi Lalat terdapat kisah cinta segitiga yang
terjadi antara Pak Lurah, istri muda Pak Lurah, dan bos proyek perumahan. Lalu,
pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan kisah cinta antara tokoh
aku dan Aryanti yang sedang bersembunyi dari kerjaran pencari berita karena
Aryanti adalah saksi utama kasus besar. Lalu, pada cerpen Bambi dan
Perempuan Berselendang Baby Blue terdapat kisah cinta antara Bambi dan
Miske yang keduanya bekerja sama mempermainkan pengadilan. Pada cerpen yang
kelima yaitu cerpen Jangan ke Istana, Anakku terdapat kisah cinta sebuah
keluarga kecil yaitu tokoh aku, Dewi, dan Trihayu (Istri tokoh aku) yang
terpisah akibat kebijakan dari istana.
Permasalahan politik begitu kental disampaikan penulis pada kelima
cerpen tersebut. Dari permasalahan kebijakan hingga persekongkolan demi mendapatkan
untung bagi diri mereka sendiri. Nampaknya, penulis menyampaikan kritikan bagi
pemerintahan yang disampaikan dalam bentuk karya sastra cerpen ini pada masa
itu. Hal ini dibuktikan pada isi kelima cerpen tersebut. Pertama, cerpen Sorot
Mata Syaila yang menceritakan kaburnya tokoh aku dari hukuman yang
menjeratnya di tanah air dengan beralasan pergi beribadah ke Arab. Kedua,
cerpen Tahi Lalat yang menceritakan Pak Lurah yang ingin menjabat kali
kedua dan warga sudah tidak mempercayainya karena pada masa jabatannya yang
pertama Pak Lurah tidak menepati janjinya dan bertindak semaunya. Ketiga, pada
cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan tokoh aku yang ditugaskan oleh
atasannya untuk menyembunyikan Aryanti karena Aryanti adalah saksi kunci dari
sebuah tindak kejahatan yang menyangkut orang penting. Keempat, pada cerpen Bambi
dan Perempuan Berselendang Baby Blue terlihat unsur politik ketika tokoh
aku memberikan uang sogokan kepada Bambi, seorang pemimpin persidangan atau
hakim tertinggi, demi menang dalam kasus yang sedang menjeratnya. Dan ternyata,
Bambi juga bersekongkol dengan Miske untuk mempermainkan pengadilan. Kelima,
pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku,
terjadi unsur politik ketika pihak istana tidak memberikan keadilan dan
bertindak semena-mena terhadap warganya yaitu tokoh aku dan keluarganya. Mereka
ditangkap untuk dipekerjakan di istana. Tokoh aku menjadi penjaga istana,
istrinya menjadi seorang penari, dan anaknya juga ditangkap oleh baginda
istana.
Jika dibandingkan dengan permasalahan politik yang terjadi pada akhir-akhir
ini, kejadian politik pada cerpen Sorot Mata Syaila, Tahi Lalat,
Sepatu Jinjit Aryanti, dan cerpen Bambi dan Perempuan Baby Blue masih
sinkron dengan kejadian politik saat ini, seperti pada cerpen Sorot Mata
Syaila yang menceritakan kaburnya tokoh aku ke luar negeri untuk menghindar
dari jerat hukum. Kejadian tersebut mengingatkan dengan kasus Djoko S Tjandra
dan Gayus Tambunan yang terjerat kasus korupsi. Saat itu keduanya dikabarkan
melarikan diri ke luar negeri yaitu ke Singapura. (https://www.brilio.net/serius/10-kasus-korupsi-menghebohkan-tersangkanya-kabur-ke-luar-negeri-170428j.html).
Kemudian, pada cerpen Tahi Lalat yang menceritakan Pak Lurah kurang
bertanggungjawab atas tugasnya, sehingga membuat hilangnya kepercayaan
masyarakat. Selain itu, Pak Lurah tersebut juga tidak menepati janji pada saat
pemilihan umum. Warga yang dipaksa untuk mejual tanahnya juga sesuai dengan
kenyataan saat ini. Saat ini banyak sawah milik warga yang dijual dan
dibangunlah sebuah perumahan. Bahkan, tidak hanya bisnis perumahan, tetapi juga
tanah kaplingan juga telah menjamur diberbagai wilayah di Indonesia. Warga pun
mejadi tergiur karena diiming-imingi harga yang lumayan mahal. Namun, tidak
sedikit warga yang sebenarnya tidak mau tanahnya dijual tetapi mereka harus
merelakan dengan rasa terpaksa.
Selanjutnya pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti yang
mengisahkan tokoh aku yang sedang menyembunyikan Aryanti, saksi kunci dari
tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang penting. Tanpa disadari dan tanpa
diketahui, sebenarnya peristiwa tersebut juga masih terjadi pada kehidupan saat
ini. Untuk menghilangkan atau menyembunyikan barang bukti dan menghindar dari
jeratan hukum, segala cara pasti rela dilakukan. Salah satunya, seperti yang dilakukan
orang penting tersebut. Peristiwa ini
mengingatkan pada kasus penghilangan barang bukti kasus pelarian Djoko S Tjandra
yang melibatkan Brigjen Prasetjo. Pada kasus tersebut Brigjen Prasetjo diduga
membakar surat yang telah digunakan dalam perjalanan oleh Djoko S Tjandra. (https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/07/27/19081551/brigjen-prasetijo-diduga-hilangkan-sejumlah-barang-bukti-kasus-pelarian).
Kemudian, pada cerpen Bambi dan Perempuan Baby Blue yang menceritakan
tokoh aku memberikan uang sogokan atau uang suap kepada pemimpin pengacara
yaitu Bambi untuk dimenangkan dalam sidang pengadilan. Cerita tersebut juga
masih terjadi saat ini di sekitar kita. Salah satu kasus suap yang baru saja
terjadi adalah kasus suap yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak yang mencapai
puluhan miliar. (https://artharayaconsult.com/2021/03/04/suap-untuk-kurangi-pajak-masih-terjadi/).
Berbeda dengan permasalahan politik yang
terjadi pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku. Cerita yang menggambarkan
politik pada cerpen tersebut hanya terjadi pada masa kerajaan dulu, kurang
sinkron bila dibandingkan dengan kejadian politik saat ini. Hal ini di
karenakan, cerpen tersebut menceritakan kekejaman Baginda Istana yang memaksa
tokoh aku dan keluarganya untuk bekerja di Istana. Mungkin, saja cerpen
tersebut masih terjadi saat ini, tetapi tidak dilakukan di tanah air ini.
Apabila terjadi di negara ini, tapi bukan pada masa sekarang, yaitu pada saat
negara ini belum terbentuk dan masih berbentuk kerajaan-kerajaan dulu.
Dengan demikian, dapat diambil pelajaran oleh pembaca setelah
membaca kelima cerpen karya M. Shoim Anwar tersebut. Pelajaran atau pesan yang paling
nampak yaitu pesan yang berhubungan dengan permasalahan politik di negara ini
yang ditujukan kepada pemerintah maupun orang-orang yang bertindak kejahatan. Hal
ini, bertujuan agar tindak hukum di negara ini semakin maju, tidak tebang
pilih, dan berjalan seadil-adilnya. Inti dari pesan yang terkandung dalam kelima
cerpen tersebut yaitu
1. Untuk pemerintah dan penindak hukum, sebaiknya sebagai seorang penguasa harus menjalankan semua kewajibannya dengan jujur, adil, dan selalu mementingkan kepentingan masyarakatnya.
2. Untuk orang yang bertindak kejahatan, sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya dan sepantasnya melakukan kewajiban dan mempertanggungjawabkan semua kesalahan atau tindak kejahatan yang telah dilakukan.
Untuk melengkapi
esai ini, maka saya juga akan memberikan sedikit gambaran isi dari kelima cerpen karya M. Shoim Anwar dengan
harapan, pembaca esai ini mengetahui isi dari kelima cerpen tersebut.
Pertama, cerpen
Sorot Mata Syaila menceritakan tokoh aku yang pergi ke Arab dengan
alasan beribadah. Padahal sebenarnya, tokoh aku ke Arab untuk menghindar dari
hukuman yang menjeratnya. Di tanah air, tokoh aku dianggap sebagai buronan. Tokoh
aku mempercayakan kasusnya itu kepada pengacaranya. Dalam perjalanan di dalam
pesawat, tokoh aku bertemu dengan seorang perempuan Arab bernama Syaila. Lantas
mereka berdua berkenalan. Namun, Syaila kemudian tertidur menyender di bahu
tokoh aku hingga orang-orang yang berada di sekitar mereka memandanginya. Ketika
pesawat mendarat, Syaila terbangun dan mereka berdua pun turun. Syaila berada
jauh di depan tokoh aku hingga Syaila tiba-tiba menghilang dari pandangan tokoh
aku. Dalam lamunan, tokoh aku teringat nasib kedua istrinya dan keempat anaknya
di tanah air.
Kedua,
cerpen Tahi Lalat mengisahkan seorang lurah yang mencalonkan diri
kembali pada periode berikutnya dan seorang perempuan yaitu istri kedua atau
istri muda Pak Lurah yang diduga mempunyai hubungan khusus dengan bos proyek
perumahan tanpa sepengetahuan Pak Lurah. Sebenarnya Pak Lurah sudah mengetahui
tentang kabar istrinya tersebut. akan tetepai, Pak Lurah hanya diam saja.Warga
desa juga sering membicarakan hal tersebut. Warga desa sudah tidak mempercayai
Pak Lurah untuk menjabat kali kedua karena pada masa jabatannya yang pertama
Pak Lurah tidak menepati janjinya. Warga dipaksa untuk mejual tanahnya.
Kemudian, tanah tersebut dibuat perumahan. Apabila warga tidak mau menjual,
maka tanah tersebut tetap dipagari oleh pengembang perumahan atas sepengetahuan
Pak Bayan. Warga menginginkan Pak Lurah untuk menciptakan lapangan kerja, bukan
menjual tanah mereka.
Ketiga,
cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan tokoh aku yang diberi tugas
oleh atasannya untuk menyembunyikan Aryanti karena Aryanti adalah saksi mahkota
dari kasus pembunuhan orang penting yang telah direncanakan. Untuk menghindari
para pencari berita, tokoh aku membawa Aryanti pergi ke luar negeri dan
menginap di sebuah hotel. Awalnya Aryanti takut dengan tokoh aku. Namun,
lama-lama mereka berdua semakin akrab. Aryanti memiliki paras yang cantik,
sehingga tokoh aku suka menggodanya. Disini Aryanti adalah korban karena
gara-gara menjadi saksi kunci, Aryanti harus rela mempertaruhkan nyawanya. Tokoh
aku juga terpaksa menuruti tugas dari atasannya, meskipun tugas yang diberikan
tidaklah benar dan menyalahi aturan hukum negara. Kemudian, keduanya pergi dari
hotel tersebut atas suruhan dua orang laki-laki karena tempat mereka sudah
tidak aman. Hubungan tokoh aku dan Aryanti pun menjadi lebih dekat lagi.
Keempat,
cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue menceritakan tokoh
saya (aku) yang sedang menghadiri suatu acara bersama keluarganya. Dalam acara
tersebut, tokoh aku melihat Bambi, seorang hakim tunggal atau pemimpin
persidangan yang sedang tokoh aku cari. Nampak Bambi sedang berdansa dengan
seorang perempuan bernama Miske. Miske adalah gadis muda, cantik, tetapi ia
matre. Ketika Bambi pergi ke toilet, tokoh aku menghampiri untuk berniat membicarakan
tentang kasus yang menimpanya. Tokoh aku tidak terima kalau dirinya kalah dalam
persidangan dan menyalahkan Bambi yang tidak dapat memenangkan dirinya. Bambi sudah
menjelaskan alasannya, tetapi tokoh aku tetap tidak terima hingga memancing
keributan. Tokoh aku sudah memberikan uang sogokan atau suapan terhadap Bambi
dan ia mempunyai bukti rekaman CCTVnya sehingga Bambi pun berusaha untuk kabur.
Kemudian, security pun datang dan membuat Bambi melarikan diri. Devira, teman
tokoh aku pun datang menghampiri tokoh aku. Devira tahu semua tentang Bambi dan
bercerita bahwa Bambi adalah orang yang suka memancing orang agar mempunyai
perkara di pengadilan dan yang mengejutkan, Bambi dan Miske sebenarnya
mempunyai hubungan khusus. Keduanya ternyata bersekongkol untuk mempermainkan
pengadilan.
Kelima,
cerpen Jangan ke Istana Anakku menceritakan kehidupan tokoh aku bersama
istri (Trihayu) dan anaknya (Dewi) yang tingggal di dekat istana. Ketiganya harus
terpisah karena kebijakan istana. Tokoh aku dan Trihayu ditangkap oleh prajurit
istana, ketika Trihayu sedang mengandung Dewi. Tokoh aku kemudian dijadikan
penjaga istana, sedangkan Trihayu dijadikan seorang penari oleh raja. Setelah Dewi
lahir, Dewi dititipkan ke keonakan tokoh aku. Pada suatu kesempatan tokoh aku
bertemu dengan Dewi. Dewi mengatakan bahwa dirinya ingin sekali bertemu dengan
ibunya. Namun, tokoh aku tidak memperbolehkannya karena keadaan istana tidak
baik untuk Dewi. Pada suatu ketika, nampak seorang perempuan dibawa masuk ke
dalam istana. Tokoh aku nampak terkejut karena perempuan tersebut adalah
anaknya. Tokoh aku tidak terima dengan semua kebijakan istana yang telah
memisahkan keluarga mereka. Kebijakan istana dianggap semena-mena dan semaunya
sendiri. Namun, tokoh aku dan keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa.