Mengenai Penulis

Foto saya
Nama saya Farida Febriani. Saya lahir di Gresik pada tanggal 21 Februari 2021. Saat ini, saya menempuh S1 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas PGRI Adibuana Surabaya. Saya tinggal di Gresik Selatan, tepatnya di Kecamatan Kedamean.

Archive for Juli 2021

KRITIK KUMPULAN CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR


.

 

KRITIK KUMPULAN CERPEN


Karya M. Shoim Anwar

Esai kali ini berisi kritik tentang kumpulan cerpen karya M. Shoim Anwar. Kumpulan cerpen tersebut terdiri atas lima cerpen yaitu cerpen Sorot Mata Syaila, Tahi Lalat, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana Anakku. Seluruh karya cerpen tersebut ditulis oleh M. Shoim Anwar di kota Surabaya dalam tahun yang berbeda. Cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana Anakku ditulis pada tahun 2015. Kemudian, cerpen Tahi Lalat dan Sepatu Jinjit Aryanti ditulis pada tahun 2017, sedangkan cerpen Sorot Mata Syaila ditulis paa tahun 2018.

Dari segi bentuknya, kelima cerpen tersebut sama-sama menggunakan alur campuran. Penulis menggambarkan kisah dengan diawali permasalahan atau konflik dalam cerita yang kemudian konflik tersebut semakin meningkat. Lalu cerita berlanjut pada tahap pengenalan atau orientasi dan diakhiri dengan penyelesaian. Namun, dari kelima cerpen tersebut, ada pula cerpen yang dalam penyampaian penyelesaian cerita terkesan mengambang seperti ada kisah yang belum lanjut, sehingga membuat pembaca cerpen tersebut menjadi penasaran akan kelanjutan cerita. Cerpen yang dimaksud adalah cerpen yang berjudul Sepatu Jinjit Aryanti dan Sorot Mata Syaila.

Pada cerpen yang berjudul Sepatu Jinjit Aryanti, pembaca seakan dibuat penasaran karena pada bagian akhir cerita, penulis memberikan pertanyaan tentang kelanjutan hubungan tokoh aku dan Aryanti bersama bukti kejahatan yang tersembunyi. Kemudian, pada cerpen yang berjudul Sorot Mata Syaila dibagian akhir cerita, rasa penasaran muncul akibat diceritakannya Syaila tiba-tiba menghilang dan tokoh aku kemudian mengingat nasib kedua istrinya dan keempat anaknya di Tanah Air. Rasa penasaran yang ditimbulkan setelah membaca kedua cerpen ini, ditampilkan oleh penulis agar pembaca semakin tertarik, lalu mulai mengikuti dan membaca semua karya dari penulis itu sendiri.

Dalam penyampaian sudut pandang, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama serba tahu pada kelima judul cerpen tersebut. Tokoh aku disini sangat berperan penting dalam kelima cerpen tersebut. Namun, pada cerpen Tahi Lalat, tokoh aku hanya berperan sebagai tokoh yang bercerita dan tidak ikut mengalami kejadian yang ada di dalam cerita, bukan tokoh aku yang menjadi pemeran utama seperti pada cerpen Sorot Mata Syaila, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana, Anakku. Pemeran utama yang sebenarnya diceritakan pada cerpen Tahi Lalat adalah Pak Lurah.

 Kelima cerpen terdapat tokoh aku yang disandingkan dengan tokoh lainnya. Pada cerpen yang berjudul Sorot Mata Syaila terdapat dua tokoh yaitu tokoh aku dan Syaila. Cerpen yang berjudul Tahi Lalat tokohnya yaitu tokoh aku (Ayah Laela), Pak Lurah, Pak Bayan, Laela, Bakrul, dan Istri dari tokoh aku. Kemudian, pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti ada dua tokoh yaitu tokoh aku dan Aryanti. Selanjutnya, pada cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue terdapat tokoh saya (aku), Bambi, Miske, dan Devira. Pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku terdiri dari tokoh aku (Ayah Dewi), Dewi, dan Trihayu (Istri tokoh aku).

Topik yang dibicarakan pada kelima cerpen tersebut juga sama yaitu membahas tentang politik. Namun, juga diselingi oleh kisah cinta didalamnya. Pada cerpen yang berjudul Sorot Mata Syaila terjadi kisah cinta antara tokoh aku dan Syaila yang pada akhirnya berakhir dengan tidak jelas, karena Syaila tiba-tiba menghilang dan tokoh aku mengingat kedua istrinya dan keempat anaknya. Pada cerpen Tahi Lalat terdapat kisah cinta segitiga yang terjadi antara Pak Lurah, istri muda Pak Lurah, dan bos proyek perumahan. Lalu, pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan kisah cinta antara tokoh aku dan Aryanti yang sedang bersembunyi dari kerjaran pencari berita karena Aryanti adalah saksi utama kasus besar. Lalu, pada cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue terdapat kisah cinta antara Bambi dan Miske yang keduanya bekerja sama mempermainkan pengadilan. Pada cerpen yang kelima yaitu cerpen Jangan ke Istana, Anakku terdapat kisah cinta sebuah keluarga kecil yaitu tokoh aku, Dewi, dan Trihayu (Istri tokoh aku) yang terpisah akibat kebijakan dari istana.

Permasalahan politik begitu kental disampaikan penulis pada kelima cerpen tersebut. Dari permasalahan kebijakan hingga persekongkolan demi mendapatkan untung bagi diri mereka sendiri. Nampaknya, penulis menyampaikan kritikan bagi pemerintahan yang disampaikan dalam bentuk karya sastra cerpen ini pada masa itu. Hal ini dibuktikan pada isi kelima cerpen tersebut. Pertama, cerpen Sorot Mata Syaila yang menceritakan kaburnya tokoh aku dari hukuman yang menjeratnya di tanah air dengan beralasan pergi beribadah ke Arab. Kedua, cerpen Tahi Lalat yang menceritakan Pak Lurah yang ingin menjabat kali kedua dan warga sudah tidak mempercayainya karena pada masa jabatannya yang pertama Pak Lurah tidak menepati janjinya dan bertindak semaunya. Ketiga, pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan tokoh aku yang ditugaskan oleh atasannya untuk menyembunyikan Aryanti karena Aryanti adalah saksi kunci dari sebuah tindak kejahatan yang menyangkut orang penting. Keempat, pada cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue terlihat unsur politik ketika tokoh aku memberikan uang sogokan kepada Bambi, seorang pemimpin persidangan atau hakim tertinggi, demi menang dalam kasus yang sedang menjeratnya. Dan ternyata, Bambi juga bersekongkol dengan Miske untuk mempermainkan pengadilan. Kelima, pada cerpen  Jangan ke Istana, Anakku, terjadi unsur politik ketika pihak istana tidak memberikan keadilan dan bertindak semena-mena terhadap warganya yaitu tokoh aku dan keluarganya. Mereka ditangkap untuk dipekerjakan di istana. Tokoh aku menjadi penjaga istana, istrinya menjadi seorang penari, dan anaknya juga ditangkap oleh baginda istana.

Jika dibandingkan dengan permasalahan politik yang terjadi pada akhir-akhir ini, kejadian politik pada cerpen Sorot Mata Syaila, Tahi Lalat, Sepatu Jinjit Aryanti, dan cerpen Bambi dan Perempuan Baby Blue masih sinkron dengan kejadian politik saat ini, seperti pada cerpen Sorot Mata Syaila yang menceritakan kaburnya tokoh aku ke luar negeri untuk menghindar dari jerat hukum. Kejadian tersebut mengingatkan dengan kasus Djoko S Tjandra dan Gayus Tambunan yang terjerat kasus korupsi. Saat itu keduanya dikabarkan melarikan diri ke luar negeri yaitu ke Singapura. (https://www.brilio.net/serius/10-kasus-korupsi-menghebohkan-tersangkanya-kabur-ke-luar-negeri-170428j.html). Kemudian, pada cerpen Tahi Lalat yang menceritakan Pak Lurah kurang bertanggungjawab atas tugasnya, sehingga membuat hilangnya kepercayaan masyarakat. Selain itu, Pak Lurah tersebut juga tidak menepati janji pada saat pemilihan umum. Warga yang dipaksa untuk mejual tanahnya juga sesuai dengan kenyataan saat ini. Saat ini banyak sawah milik warga yang dijual dan dibangunlah sebuah perumahan. Bahkan, tidak hanya bisnis perumahan, tetapi juga tanah kaplingan juga telah menjamur diberbagai wilayah di Indonesia. Warga pun mejadi tergiur karena diiming-imingi harga yang lumayan mahal. Namun, tidak sedikit warga yang sebenarnya tidak mau tanahnya dijual tetapi mereka harus merelakan dengan rasa terpaksa.

Selanjutnya pada cerpen Sepatu Jinjit Aryanti yang mengisahkan tokoh aku yang sedang menyembunyikan Aryanti, saksi kunci dari tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang penting. Tanpa disadari dan tanpa diketahui, sebenarnya peristiwa tersebut juga masih terjadi pada kehidupan saat ini. Untuk menghilangkan atau menyembunyikan barang bukti dan menghindar dari jeratan hukum, segala cara pasti rela dilakukan. Salah satunya, seperti yang dilakukan orang  penting tersebut. Peristiwa ini mengingatkan pada kasus penghilangan barang bukti kasus pelarian Djoko S Tjandra yang melibatkan Brigjen Prasetjo. Pada kasus tersebut Brigjen Prasetjo diduga membakar surat yang telah digunakan dalam perjalanan oleh Djoko S Tjandra. (https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/07/27/19081551/brigjen-prasetijo-diduga-hilangkan-sejumlah-barang-bukti-kasus-pelarian). Kemudian, pada cerpen Bambi dan Perempuan Baby Blue yang menceritakan tokoh aku memberikan uang sogokan atau uang suap kepada pemimpin pengacara yaitu Bambi untuk dimenangkan dalam sidang pengadilan. Cerita tersebut juga masih terjadi saat ini di sekitar kita. Salah satu kasus suap yang baru saja terjadi adalah kasus suap yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak yang mencapai puluhan miliar. (https://artharayaconsult.com/2021/03/04/suap-untuk-kurangi-pajak-masih-terjadi/).  Berbeda dengan permasalahan politik yang terjadi pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku. Cerita yang menggambarkan politik pada cerpen tersebut hanya terjadi pada masa kerajaan dulu, kurang sinkron bila dibandingkan dengan kejadian politik saat ini. Hal ini di karenakan, cerpen tersebut menceritakan kekejaman Baginda Istana yang memaksa tokoh aku dan keluarganya untuk bekerja di Istana. Mungkin, saja cerpen tersebut masih terjadi saat ini, tetapi tidak dilakukan di tanah air ini. Apabila terjadi di negara ini, tapi bukan pada masa sekarang, yaitu pada saat negara ini belum terbentuk dan masih berbentuk kerajaan-kerajaan dulu.

Dengan demikian, dapat diambil pelajaran oleh pembaca setelah membaca kelima cerpen karya M. Shoim Anwar tersebut. Pelajaran atau pesan yang paling nampak yaitu pesan yang berhubungan dengan permasalahan politik di negara ini yang ditujukan kepada pemerintah maupun orang-orang yang bertindak kejahatan. Hal ini, bertujuan agar tindak hukum di negara ini semakin maju, tidak tebang pilih, dan berjalan seadil-adilnya. Inti dari pesan yang terkandung dalam kelima cerpen tersebut yaitu

1. Untuk pemerintah dan penindak hukum, sebaiknya sebagai seorang penguasa harus menjalankan semua kewajibannya dengan jujur, adil, dan selalu mementingkan kepentingan masyarakatnya.

2.    Untuk orang yang bertindak kejahatan, sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya dan sepantasnya melakukan kewajiban dan mempertanggungjawabkan semua kesalahan atau tindak kejahatan yang telah dilakukan.

Untuk melengkapi esai ini, maka saya juga akan memberikan sedikit gambaran isi  dari kelima cerpen karya M. Shoim Anwar dengan harapan, pembaca esai ini mengetahui isi dari kelima cerpen tersebut.

Pertama, cerpen Sorot Mata Syaila menceritakan tokoh aku yang pergi ke Arab dengan alasan beribadah. Padahal sebenarnya, tokoh aku ke Arab untuk menghindar dari hukuman yang menjeratnya. Di tanah air, tokoh aku dianggap sebagai buronan. Tokoh aku mempercayakan kasusnya itu kepada pengacaranya. Dalam perjalanan di dalam pesawat, tokoh aku bertemu dengan seorang perempuan Arab bernama Syaila. Lantas mereka berdua berkenalan. Namun, Syaila kemudian tertidur menyender di bahu tokoh aku hingga orang-orang yang berada di sekitar mereka memandanginya. Ketika pesawat mendarat, Syaila terbangun dan mereka berdua pun turun. Syaila berada jauh di depan tokoh aku hingga Syaila tiba-tiba menghilang dari pandangan tokoh aku. Dalam lamunan, tokoh aku teringat nasib kedua istrinya dan keempat anaknya di tanah air.

Kedua, cerpen Tahi Lalat mengisahkan seorang lurah yang mencalonkan diri kembali pada periode berikutnya dan seorang perempuan yaitu istri kedua atau istri muda Pak Lurah yang diduga mempunyai hubungan khusus dengan bos proyek perumahan tanpa sepengetahuan Pak Lurah. Sebenarnya Pak Lurah sudah mengetahui tentang kabar istrinya tersebut. akan tetepai, Pak Lurah hanya diam saja.Warga desa juga sering membicarakan hal tersebut. Warga desa sudah tidak mempercayai Pak Lurah untuk menjabat kali kedua karena pada masa jabatannya yang pertama Pak Lurah tidak menepati janjinya. Warga dipaksa untuk mejual tanahnya. Kemudian, tanah tersebut dibuat perumahan. Apabila warga tidak mau menjual, maka tanah tersebut tetap dipagari oleh pengembang perumahan atas sepengetahuan Pak Bayan. Warga menginginkan Pak Lurah untuk menciptakan lapangan kerja, bukan menjual tanah mereka.

Ketiga, cerpen Sepatu Jinjit Aryanti menceritakan tokoh aku yang diberi tugas oleh atasannya untuk menyembunyikan Aryanti karena Aryanti adalah saksi mahkota dari kasus pembunuhan orang penting yang telah direncanakan. Untuk menghindari para pencari berita, tokoh aku membawa Aryanti pergi ke luar negeri dan menginap di sebuah hotel. Awalnya Aryanti takut dengan tokoh aku. Namun, lama-lama mereka berdua semakin akrab. Aryanti memiliki paras yang cantik, sehingga tokoh aku suka menggodanya. Disini Aryanti adalah korban karena gara-gara menjadi saksi kunci, Aryanti harus rela mempertaruhkan nyawanya. Tokoh aku juga terpaksa menuruti tugas dari atasannya, meskipun tugas yang diberikan tidaklah benar dan menyalahi aturan hukum negara. Kemudian, keduanya pergi dari hotel tersebut atas suruhan dua orang laki-laki karena tempat mereka sudah tidak aman. Hubungan tokoh aku dan Aryanti pun menjadi lebih dekat lagi.

Keempat, cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue menceritakan tokoh saya (aku) yang sedang menghadiri suatu acara bersama keluarganya. Dalam acara tersebut, tokoh aku melihat Bambi, seorang hakim tunggal atau pemimpin persidangan yang sedang tokoh aku cari. Nampak Bambi sedang berdansa dengan seorang perempuan bernama Miske. Miske adalah gadis muda, cantik, tetapi ia matre. Ketika Bambi pergi ke toilet, tokoh aku menghampiri untuk berniat membicarakan tentang kasus yang menimpanya. Tokoh aku tidak terima kalau dirinya kalah dalam persidangan dan menyalahkan Bambi yang tidak dapat memenangkan dirinya. Bambi sudah menjelaskan alasannya, tetapi tokoh aku tetap tidak terima hingga memancing keributan. Tokoh aku sudah memberikan uang sogokan atau suapan terhadap Bambi dan ia mempunyai bukti rekaman CCTVnya sehingga Bambi pun berusaha untuk kabur. Kemudian, security pun datang dan membuat Bambi melarikan diri. Devira, teman tokoh aku pun datang menghampiri tokoh aku. Devira tahu semua tentang Bambi dan bercerita bahwa Bambi adalah orang yang suka memancing orang agar mempunyai perkara di pengadilan dan yang mengejutkan, Bambi dan Miske sebenarnya mempunyai hubungan khusus. Keduanya ternyata bersekongkol untuk mempermainkan pengadilan.

Kelima, cerpen Jangan ke Istana Anakku menceritakan kehidupan tokoh aku bersama istri (Trihayu) dan anaknya (Dewi) yang tingggal di dekat istana. Ketiganya harus terpisah karena kebijakan istana. Tokoh aku dan Trihayu ditangkap oleh prajurit istana, ketika Trihayu sedang mengandung Dewi. Tokoh aku kemudian dijadikan penjaga istana, sedangkan Trihayu dijadikan seorang penari oleh raja. Setelah Dewi lahir, Dewi dititipkan ke keonakan tokoh aku. Pada suatu kesempatan tokoh aku bertemu dengan Dewi. Dewi mengatakan bahwa dirinya ingin sekali bertemu dengan ibunya. Namun, tokoh aku tidak memperbolehkannya karena keadaan istana tidak baik untuk Dewi. Pada suatu ketika, nampak seorang perempuan dibawa masuk ke dalam istana. Tokoh aku nampak terkejut karena perempuan tersebut adalah anaknya. Tokoh aku tidak terima dengan semua kebijakan istana yang telah memisahkan keluarga mereka. Kebijakan istana dianggap semena-mena dan semaunya sendiri. Namun, tokoh aku dan keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa.