Mengenai Penulis

Foto saya
Nama saya Farida Febriani. Saya lahir di Gresik pada tanggal 21 Februari 2021. Saat ini, saya menempuh S1 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas PGRI Adibuana Surabaya. Saya tinggal di Gresik Selatan, tepatnya di Kecamatan Kedamean.

KRITIK PUISI " SAJAK PALSU"


.

 

SAJAK PALSU


Karya Agus R. Sarjono

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di  akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka  menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.

1998

 

Kritik Berdasarkan Bentuk Puisi

Bentuk puisi Sajak Palsu di atas hanya terdiri dari satu bait. Dimana dalam bait tersebut terdapat tiga puluh tujuh baris. Setiap baris saling terhubung satu sama lain. Tanda baca titik diletakkan ditengah-tengah baris sehingga ketika puisi tersebut di baca, harus menempatkan jeda dengan tepat. Bahasa yang digunakan Agus R. Sarjono sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca dalam memaknainya. Bahasa yang digunakan cenderung bahasa sehari-hari dengan dihiasi sedikit kata-kata kiasan untuk memperindah puisi Sajak Palsu tersebut. Agus R. Sarjono membuat puisi tersebut pada tahun 1998. Unsur politik dan ekonomi sangat kental ditampilkan oleh Agus R. Sarjono.

 

Makna dan Isi Puisi

Puisi dengan judul Sajak Palsu karya Agus R. Sarjono di atas membahas tentang sikap kejujuran yang sangat penting ditanamkan kepada anak sejak kecil agar ketika besar dan bekerja mempunyai kelakuan dan sifat yang baik. Agus R. Sarjono juga menggambarkan bahwa kepalsuan telah melekat pada saat anak masih bersekolah. Contoh hasil ketidakjujuran adalah nilai yang mereka dapatkan. Ketika nilai yang diperoleh kurang, orang tua justru memberikan sogokan kepada Bapak atau Ibu guru untuk mengubah nilai anak tersebut. Hal ini sesuai dengan bunyi sebagai berikut.

Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru.

Perlakuan yang ditunjukan orang tua anak tersebut dan gurunya merupakan contoh yang tidak baik. Secara tidak langsung, mereka mengajarkan anak untuk bersikap tidak jujur, sehingga ketika anak tersebut sudah besar dan bekerja, sifat tidak jujur akan terus terbawa. Generasi yang dicetak dengan cara demikian, membuat masa depan suatu negara dan masa depan anak itu sendiri menjadi memprihatinkan. Apalagi, ketika anak tersebut bekerja di lingkungan pemerintah, yang akhirnya membuat kerugian negara dan dampaknya mengenai seluruh rakyat. Hal ini nampak pada ktipan puisi di bawah ini.

Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.

Dengan demikian, lingkungan pertama yaitu keluarga dan lingkungan kedua adalah sekolah sangat berperan penting dalam mencetak generasi yang unggul dan mempunyai sikap yang sesuai dengan norma dalam masyarakat.

 

Pesan yang Terkandung dalam Puisi

Pesan yang terkandung dalam puisi Agus. R. Sarjono yang berjudul Sajak Palsu di atas adalah.

1.    Untuk orang tua, sebaiknya anak diajarkan sifat kejujuran sejak mereka kecil.

2.    Untuk Bapak atau Ibu guru, bersikaplah jujur dalam mengemban tugas yang telah diberikan dan janganlah memberikan contoh yang tidak baik kepada anak didik.

3.    Untuk semua anak-anak, biasakan untuk bersikap jujur dalam melakukan segala hal.

 

Perbandingan dengan Aktual

Puisi Sajak Palsu karya Agus R. Sarjono di atas masih sesuai dengan kehidupan sekarang. Penanaman sikap jujur sangat perlu diperhatikan sejak anak masih kecil. Di lingkungan sekolah, kejadian seperti yang ditampilkan pada puisi di atas masih terjadi. Dalam berpolitik dan berekonomi juga masih ditemukan. Contoh dalam lingkungan politik adalah korupsi dan dalam berekonomi seperti, memperdagangkan barang palsu. Dengan demikian, sikap ketidakjujuran masih meraja lela di negara kita, sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan diharapkan generasi yang akan datang memiliki sikap yang berbudi luhur dan dapat dipercaya dengan kejujurannya.

Your Reply