Mengenai Penulis

Foto saya
Nama saya Farida Febriani. Saya lahir di Gresik pada tanggal 21 Februari 2021. Saat ini, saya menempuh S1 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas PGRI Adibuana Surabaya. Saya tinggal di Gresik Selatan, tepatnya di Kecamatan Kedamean.

KRITIK PUISI "PERINGATAN" DAN " DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU"


.

 PERINGATAN
Karya Wiji Thukul


Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat marah

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalah sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!


DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU

Karya Wiji Thukul

Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu


Kritik Berdasarkan Bentuk Puisi

Puisi dengan judul Peringatan karya Wiji Thukul mempunyai tujuh belas baris dan puisi kedua yang berjudul Dibawah Selimut Kedamaian Yang Palsu terdiri atas enam belas baris. Terdapat pengulangan bunyi apa guna sebanyak tiga kali pada bait kedua baris  kedua, keempat, dan kelima belas. Bunyi kalau mulut kau bungkam melulu juga terulang sebanyak dua kali yaitu pada bait kedua, baris kelima dan baris keenam belas. Pengulangan bunyi pada puisi Peringatan mengisyaratkan penegasan atas pesan yang ingin disampaikan Wiji Thukul kepada pembaca. Bunyi tapi juga diulang sebanyak empat kali pada bait kedua, baris ketiga belas. Bunyi tapi tersebut membuat variasi ketika puisi dibaca. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan penulis mudah dimengerti oleh pembaca. Wiji Thukul tidak membubuhkan kata kiasan yang terlalu banyak, sehingga orang awam pun dapat memahami dengan mudah isi pesan dan makna yang terkandung dalam puisi di atas. Namun, ada beberapa kata istilah yang tidak umum, seperti kata subversif pada baris keenam belas dan kata gasat pada baris kesepuluh di bait pertama.


Makna dan Isi Puisi

Sesuai dengan judulnya, puisi dengan judul Peringatan karya Wiji Thukul di atas berisi peringatan yang disampaikan rakyat kepada pemerintah. Peringatan tersebut berisi tentang hak rakyat untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini tertuang dalam bait pertama, baris kedelapan yang ditandai oleh bunyi Penguasa harus waspada dan belajar mendengar. Penguasa yang dimaksud adalah pemerintah. Pada bait pertama juga menjelaskan bahwa keluhan yang ingin disampaikan oleh rakyat harus dipertimbangkan oleh pemerintah. Yang artinya, pemerintah harus menerima kritikan yang disampaikan rakyatnya. Hal ini sesuai dengan bunyi Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan. Pada bait pertama disebutan pemerintah tidak mau di kritik karena alasan mengganggu keamanan, sehingga rakyat pun memberontak dengan mengatakan lawan! pada baris ketujuh belas.

Pada puisi kedua yang berjudul Dibawah Selimut Kedamaian Palsu, Wiji Thukul juga menegaskan kembali bahwa sebagai seorang pemimpin yang pintar, seharusnya dapat mengayomi rakyatnya. Hal ini sesuai bunyi Apa guna banyak baca buku, Kalau mulut kau bungkam melulu. Ketika rakyat tidak diperbolehkan berpendapat, pemerintah bekerjasama dengan pihak keamanan. Dalam puisi disebutkan Di mana-mana moncong senjata, Berdiri gagah. Selain itu, pemerintah seharusnya bertindak jujur atas tanggungjawabnya sebagai pemimpin.  Namun, pada kenyataannya, Wiji Thukul menjelaskam bahwa rakyat dipaksa untuk menjual tanahnya yang ada di desa.


Pesan yang Terkandung dalam Puisi

Pesan yang ingin disampaikan Wiji Thukul kepada pembaca pada kedua puisi di atas ditujukan kepada pemerintah.

1. Sebagai negara yang demokratis, sudah seharusnya pemerintah menerima kritik dari masyarakat karena itu sangat penting untuk perkembangan dalam membangun pemerintahannya menjadi lebih baik lagi.

2. Selain itu, pemerintah juga harus bertindak jujur dalam mengemban tanggungjawabnya yang telah diberikan oleh rakyat.


Perbandingan dengan Aktual

Kedua puisi karya Wiji Thukul di atas masih dapat diterima dan sesuai dengan keadaaan pada masa sekarang. Saat ini, undang-undang tentang ITE menjadi salah satu penghalang masyarakat dalam menyampaikan krtik dan sarannya. Namun, semua tidak melulu menjadi kesalahan pemerintah. Asalkan, dalam berpendapat masyarakat dapat mengolah kata dengan baik, sopan, dan tidak membuat orang lain tersinggung. Pada zaman pemerintah orde lama, hal ini juga terjadi, sampai-sampai masyarakat yang melawan pemerintah akan ditangkap. Wiji Thukul adalah salah satu orang yang memperjuangkan orde baru, sehingga pantas saja puisi dengan judul Peringatan ini diciptakan dengan gambaran kejadian pada saat itu. Perkembangan IPTEK saat ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik dalam pelaksanaan pemerintahan. 


Your Reply