Mengenai Penulis

Foto saya
Nama saya Farida Febriani. Saya lahir di Gresik pada tanggal 21 Februari 2021. Saat ini, saya menempuh S1 Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas PGRI Adibuana Surabaya. Saya tinggal di Gresik Selatan, tepatnya di Kecamatan Kedamean.

Archive for Juni 2021

KRITIK VIDEO LIP SYNC LAGU "MAMA PAPA LARANG" JUDIKA


.

 KRITIK VIDEO KLIP LIP SYNC 
LAGU “MAMA PAPA LARANG” JUDIKA


Karya Mahasiswa dan Mahasiswa PBI Univ. PGRI Adi Buana Surabaya


Kritik Berdasarkan Lirik Lagu

Lirik lagu Mama Papa Larang ini mengisahkan kisah cinta yang tidak mendapatkan restu dari orang tua. Akan tetapi, mereka tetap memperjuangkan cinta mereka tanpa memikirkan bahwa hubungan mereka sebenarnya tidak direstui. Terdapat kalimat kiasan di dalam lirik lagu Mama Papa Larang ini yaitu pada bunyi di bawah ini.

Sampai kepada bidadariku

Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak, 'ku tetap cinta kamu

Potongan lirik di atas menggambarkan bahwa betapa sangat besar cinta mereka, hingga mereka tidak ingin dipisahkan satu sama lain. Lirik yang digunakan dikemas begitu indah hingga para pendengar lagu tersebut mudah untuk menghafalnya. Cerita yang digunakan juga tidak asing di dengar dalam kehidupan. Kemudian, pesan yang sebenarnya disampaikan dari larik lagu Mama Papa Larang adalah perjuangkan cintamu dengan sepenuh hati, hingga kamu mendapatkan cintamu dengan cara dan dengan jalan yang direstui oleh Tuhan dan kedua orang tuamu.


Kritik Berdasarkan Video Klip

Isi video klip lip sync lagu Mama Papa Larang tersebut menceritakan tentang dua anak muda yang sedang jatuh cinta. Namun, cinta mereka tidak mendapatkan restu dari Ibu si perempuan. Ibu dari si perempuan tidak ingin anaknya pacaran. Ibu dari perempuan tersebut kali pertama mengetahui hubungan anaknya dari panggilan telepon di ponsel anaknya, serta foto walpaper anaknya bersama laki-laki tersebut. Tetapi, anaknya tetap kekeh, tidak mendengarkan nasihat dari Ibunya. Hingga pada suatu hari,  anak perempuan tersebut pergi dari rumah dengan meninggalkan tulisan di sebuah kertas. Anak perempuan tersebut pun menemui kekasihnya. Akan tetapi, kekasihnya tidak ingin anak perempuan tersebut melakukan hal itu. Hingga akhirnya, anak perempuan tersebut pun diantarkan kekasihnya kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Ibu anak perempuan tersebut menyambut dengan gembira dan sang laki-laki, kekasih anaknya tersenyum lega.

Konsep cerita yang ditampilkan dari video klip lip sync lagu Mama Papa Larang tersebut sangatlah menarik. Namun, ada bagian cerita pada video tersebut yang terkesan kurang atau ada cerita yang hilang yaitu pada saat sang laki-laki tiba-tiba mengantarkan kekasihnya pulang saat kabur dari rumah. Sehingga, membuat cerita pada bagian  tersebut seperti tidak nyambung, dan terkesan dipaksakan dengan mengakhiri jalan ceritanya seperti itu. Akan tetapi, dengan latar belakang tempat di taman dan di rumah yang dipilih, membuat video klip ini terkesan simpel, tetapi mudah diingat. Akting pemeran videonya juga sudah bagus. Di tambah lagi, pemeran laki-laki yang menyanyi juga bagus dalam menirukan lirik lagu dan ekspresinya juga sesuai dengan isi lirik lagu tersebut.


Perbandingan dengan Aktual

Apabila dihubungankan dengan keadaan sekarang, makna dari lirik dan isi dari video tersebut masih terjadi pada kisah cinta anak muda saat ini.  Mereka saling jatuh cinta, tetapi terhalang oleh restu orang tua. Kejadian ini terjadi tanpa ada batas waktu. Hal ini dapat ditemui dalam kehidupan di lingkungan sekitar. Bahkan, di lingkungan para publik figur pun juga terjadi.



KRITIK PUISI "MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA"


.

 

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia



Karya Taufik Ismail

 

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga

Ke Wisconsin aku dapat beasiswa

Sembilan belas lima enam itulah tahunnya

Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia 


Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia

Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda

Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,

Whitefish Bay kampung asalnya

Kagum dia pada revolusi Indonesia 


Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya

Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama

Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya

Dadaku busung jadi anak Indonesia


Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy

Dan mendapat Ph.D. dari Rice University

Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army

Dulu dadaku tegap bila aku berdiri

Mengapa sering benar aku merunduk kini 


II
Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia.

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor

satu,


Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang

curang susah dicari tandingan, 


Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu

dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara

hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,


Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan,

senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan

peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk

kantung jas safari,


Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,

anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,

menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar

orangtua mereka bersenang hati,


Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat
-

sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-

besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,


Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan

sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak

putus dilarang-larang,


Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat

belanja modal raksasa,


Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,

ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang

saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan

pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan

diinjak dan dilunyah lumat-lumat, 


Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak

rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya

dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek

Jakarta secara resmi,


Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima

belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,


Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,

fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,


Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror

penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil

bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor

pertandingan yang disetujui bersama,


Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala

Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala

Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina,

India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah

Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,


Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat

terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur

Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula

pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta

terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan,

dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai

saksi terang-terangan, 


Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam

kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di

tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia.


1998

 

Sumber : http://kepadapuisi.blogspot.com/2013/07/malu-aku-jadi-orang-indonesia_295.html

 

Kritik Berdasarkan Bentuk Puisi

Puisi dengan judul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail di atas terdiri atas empat bagian. Setiap bagian mempunyai jumlah bait dan baris yang berbeda. Bagian pertama terdapat empat bait yang setiap baitnya memiliki empat baris dengan rima akhir a-a-a-a. Pada bagian kedua, terdiri atas satu bait yang didalamnya mempunyai delapan baris yang berima akhir a-a-a-a-a-a-a-a. Di dalam bagian kedua ini juga terjadi pengulangan bunyi Berjalan aku pada baris ketiga, keempat, dan kelima. Kemudian, pada bagian ketiga peletakan kalimat dibuat tidak beraturan dan didalamnya terdapat pengulangan bunyi Di negeriku pada setiap mengawali kalimat. Bagian yang terakhir yaitu bagian empat bentuknya sama persis dengan bagian kedua. Gaya bahasa yang digunakan Taufik Ismail pada puisi ini adalaj bahasa sehari-hari, sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.

 

Makna dan Isi Puisi

Bagian Pertama

Isi dan makna bagian pertama dari puisi dengan judul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail di atas menceritakan tentang tokoh aku yang mendaparkan beasiswa di luar negeri. Disana, tokoh aku mempunyai sahabat bernama Thomas Stone. Sahabat tokoh aku tersebut sangat kagum dengan revolusi negara Indonesia. Lantas, tokoh aku berbangga diri terhadap negaranya.

Bagian Kedua dan Keempat

Kemudian, pada bagian kedua tokoh aku tersentak dengan keadaan negara asalnya yaitu Indonesia. Keadaan negaranya tidak seperti yang dibayangkan. Dimana hukum tidak lagi tegak seperti dulu. Hingga pada akhirnya, tokoh aku tidak lagi berbangga diri terhadap negaranya. Tokoh aku justru malu akan hal itu karena pada kenyataannya kabar tentang negaranya tidak sesuai dengan kekaguman dari sahabatnya.

Bagian Ketiga

Pada bagian ketiga ini, tokoh aku menggambarkan keadaan negaranya yang begitu banyak kejahatan dan ketidakadilan didalamnya. Selain itu, tindak kejahatan juga meraja lela. Keadaan tersebut membuat rakyat kecil semakin terpuruk. Bahkan, Taufik Ismail juga menyebutkan beberapa bukti pada puisinya ini, salah satunya kejahatan pada Udin dan Marsinah.

 

Pesan yang Terkandung dalam Puisi

Pesan yang terkandung dalam puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia sebenarnya ditujukan kepada pemerintah. Puisi ini nampak bermaksud menyindir pemerintah agar bertindak adil dan jujur kepada rakyatnya. Sikap malu yang ditunjukkan Taufik Ismail adalah sebuah gambaran keadaan negara Indonesia pada waktu itu. Bahkan, gambaran keadaan tersebut masih nampak pada negara Indonesia saat ini.

 

Perbandingan dengan Aktual

Keadaan yang digambarkan dalam puisi dengan judul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail di atas masih sesuai dengan keadaan negara Indonesia saat ini. Penegakan hukum masih belum merata dan keadilan masih berpihak kepada orang yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Kejahatan dan pembunuhan juga susah untuk dibongkar karena didalamnya terdapat persekongkolan yang rapi dan tidak mudah untuk diketahui orang luar. Sebut saja seperti kejadian penyiraman wajah Novel Baswedan dengan air keras. Atau bahkan, kematian Marsinah yang hingga saat ini tidak dapat dibongkar. Kedua kejadian tersebut masih berhubungan dengan politik. Dimana, terdapat orang-orang yang ingin mempunyai kekuasaan dan tidak ingin kesalahannya diketahui orang lain, sehingga orang-orang tersebut terpaksa bertindak kejahatan untuk menutupi kesalahannya.

KRITIK CERPEN "SETAN BANTENG"


.

 Setan Banteng

Karya Seno Gumira Ajidarma


Yogyakarta, 1968

Pada jam istirahat, akan terlihat serombongan anak laki-laki membentuk kerumunan tersendiri.

“Siapa yang berani?” pemimpin rombongan itu bertanya.

Anak-anak kelas VI sekolah dasar itu hanya saling memandang, bahkan ada yang mundur seperti ada sesuatu yang mengancamnya, tetapi ada yang menjawab tantangan itu.

“Aku!”

Selalu begitu. Sejak masa kanak-kanak pun sudah terbagi: ada yang pemberani, ada yang selalu ketakutan, ada yang penuh perhitungan dan lihat-lihat dulu.

Lantas, dengan kapur putih, salah seorang dari anak-anak itu cukup menggambar di lantai, atau kalau tidak ada kapur bisa menggunakan patahan ranting, menggurat di tanah gambaran seperti ini:

“Sudah,” katanya kepada pemimpin rombongan.

Pemimpin rombongan itu menoleh ke arah anak pemberani tadi, sambil menunjuk ke arah gambar yang terbentuk di atas tanah berpasir di dekat tembok samping sekolah.

“Ayo!” katanya dengan nada perintah.

Anak yang badannya paling besar itu pun maju mendekati gambar, menekuk lutut, mengarahkan kepala ke arah gambar seperti mau bersujud. Namun anak itu tidak bersujud, ketika wajahnya mendekati gambar jari-jari tangannya membentuk lingkaran di depan kedua mata, seperti orang yang berpura-pura memegang teropong.

Sumber: https://lakonhidup.com/2018/12/22/setan-banteng/


Isi yang Terkandung dalam Cerpen

Sesuai dengan judulnya, cerpen yang berjudul Setan Banteng karya Seno Gumira Ajidarma di atas menggambarkan tentang keberanian. Keberanian ini muncul ketika salah satu anak berani menjawab pertanyaan dari pimpinan rombongan. Padahal rombongan tersebut berisikan laki-laki. Namun, mereka tidak berani menjawab pertanyaan dari pimpinan rombongan dan hanya saling memandang satu sama lain. Akan tetapi, ada seorang anak yang tidak disebutkan namanya oleh penulis yang berani untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebut saja, anak pemberani tersebut adalah tokoh aku. Sebenarnya, pemimpin rombongan ingin menguji keberanian dari anak-anak kelas VI dan melatih keberaniannya tampil di depan teman-temannya. Keberanian di sini juga berarti sikap percaya diri.


Pesan yang Terkandung dalam Cerpen

Pesan yang terkandung dalam cerpen Setan Banteng di atas adalah sikap keberanian sangat penting di ajarkan kepada anak-anak sejak dini. Hal ini dilakukan untuk melatih rasa percaya diri anak-anak di depan umum. Pendidikan pertama yang harus mengajarkan mereka adalah orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik karakter anak, selain seorang guru atau dalam cerpen di atas adalah pemimpin rombongan.


Kaitan dengan Kehidupan Sehari-hari

Cerpen karya Seno Gumira Ajidarma di atas adalah sebuah cerminan anak-anak masa sekarang. Di dalam dunia pendidikan, sering kali pendidik mencoba bertanya kepada peserta didik tentang suatu topik yang telah di ajarkan. Namun, hanya sebagian kecil peserta didik yang berani untuk menjawab dan sebagian lagi hanya berdiam diri. Apalagi ketika pendidik memanggil untuk maju ke depan. Rasa takut pasti muncul dalam benak mereka. Dengan demikian, rasa percaya diri sangatlah penting di latih sejak dini. Hal ini untuk melatih mental agar berani ketika tampil di depan umum.